Pagi ini aku bangun di kala kabut masih bertengger rapi di halaman rumah
Embun masih menetes dari daun yang dia tiduri semalam
Dan gemericik sungai yang kecil masih bisa tedengar jelas
Tak ku biarkan udara segar di pagi ini pergi begitu saja
Aku menghirupnya dalam-dalam
Membiarkannya masuk kedalam rongga-rongga di dalam tubuh
Membiarkannya menghangatkan tubuhku
Membiarkannya menyambung nafasku
Dan membiarkannya menjadi aku
Jasmaniku kini segar
Bugar
Siap untuk menegangkan otot-otot yang layu
Namun pikiranku belum
Dia masih dibekukan oleh udara dingin
Belum siap untuk bekerja keras selama 16 jam kedepan
Dia butuh kehangatan
Kehangatan dari segelas kopi
Cairan coklat gelap di dalam cangkir kini menjadi pemandanganku
Pemandangan terindah
Indah di kala hari belum bersolek cahaya
Kucoba menghisap kepulan asap yang bergumul diatasnya
Memasukkanya kedalam kedalam tubuh
Menggantikan udara segar yang sejak tadi konstan keluar masuk
Aroma harum sudah menjalar ke otak
Mulai memancing untuk mulai berpikir
Berpikir tentang masa lalu, sekarang dan melamunkan masa depan
Pikiran yang liar
Pikiran yang tidak bisa didapatkan tanpa aroma kopi
Keajaiban secangkir kopi belum berhenti di situ
Cairan yang bersembunyi di dalam cangkir,
dia adalah ratu dari para dewa aroma
Dia candu bagi tubuh yang menggigil kedinginan
Candu bagi lidah yang rindu akan belaian rasa yang ajaib
Candu bagi tenggorakan yang kering
Candu bagi lambung yang mencari sensasi
Dan candu bagi aku
Dia adalah keajaiban
Dia adalah kopi di pagi hari