Serba-Serbi Orde Baru (Pameran Orde Baru di Galeri Nasional Jakarta)

Orde Baru, apa yang terlintas di pikiran kita ketika melihat dan medengar kata ini? Tak lain dan tak bukan adalah Soeharto dengan rezim pemerintahan otoriternya. Selama 33 tahun beliau memimpin Indonesia, maka tak heran mengapa Presiden ke 2 Republik Indonesia ini beserta karya-karya baik positif dan minornya selalu terkenangketika mendengar kata orde baru.

Bagi segelintir golongan, masa orde baru menjadi sebuah momok yang menakutkan, medengarnya seakan membuka kenangan pahit yang sangat sulit untuk dilupakan. Kata-kata seperti pembantaian, penculikan, dan penindasan sudah menjadi hal yang lumrah untuk ditemui kala itu. Otoritas Mendiang Soeharto kala itu sangat menunjukan superioritas pemerintah terhadap rakyatnya, Jangankan salah bicara, salah menggunakan nama pun kala itu bisa membuat nyawa melayang.

Namun tak dapat dipungkiri, bahwasanya pada era ini juga Indonesia mengalami pertumbauhan yang cukup pesat. Ditandai dengan mulai bermunculannya gedung-gedung tinggi dan jalan raya bebas hambatan di Ibu Kota Negara, Jakarta. Ini juga yang membuat Soeharto memiiki gelar sebagai bapak pembangunan.

IMG_20150624_122935Pada tanggal 15-28 Juni 2015, OK. Video menggelar pameran atau Presentasi Seni Media Internasional dengan tema Orde Baru di Galeri Nasional Jakarta. Pameran dengan skala internasional ini menyuguhkan karya-karya yang memiliki keterkaitan dengan masa orde baru, serta mendatangkan juga karya-karya dari luar negeri yg ada kaitannya dengan tahun 1965-1998. Sebagian besar karya yang dipamerkan adalah berupa karya-karya digital seperti video dan audio, gambar dan beberapa seni instalasi. Berdasarkan data yang ada dikeahui bahwa sebanyak 73 karya seniman dari 21 negara dipresentasikan pada pameran ini. Beberapa Negara yang ikut serta adalah Jepang, Perancis, Inggris, Vietnam, Cekoslowaskia dan banyak lainnya.

IMG_20150624_132740Ok. Video mengusung tema Orde baru dengan tujuan untuk menginformasikan bagaimana kala itu media memiliki peran politik yang sungguh besar di Indonesia. Namun peran tersebut adalah peran yang minor, dimana media dituntut untuk selalu membuat berita yang tidak bertentangan dengan pemerintah. Dimana hal tersebut adalah hal yang sangat bertolak belakang dengan nilai kenetralan sebuah media yang seharusnya tidak membuat berita atas sebuah intervensi dan kepentingan satu pihak. Di Orde Baru media seakan dibungkam dan dibius oleh pemerintah, tak kadang ada juga media yang dilumpuhkan olehnya.

Dalam pameran ini pihak kurator berhasil mengumpulkan hal-hal tersebut, hal yang berkaitan dengan Soeharto dan rezimnya. Sebagian besar karya adalah tentang berita-berita yang diwartakan oleh media kala itu. Banyak juga karya-karya yang mempresentasikan hal tentang peristiwa lubang buaya, PKI dan bentuk-bentuk kebijakan Soeharto kala itu. Namun tidak berhenti disitu saja, pameran ini juga menghadirkan karya-karya kecil yang unik namun tak pernah dihiraukan kala itu. MIsalnya adalah film anak-anak, tentang tim sepak bola Indonesia, dan hal hal unik lannya.

Berikut ini adalah beberapa hal yang menarik perhatian saya dalam pameran tersebut :

  1. Si Titik

Si TitikMerupakan film untuk anak-anak pada era itu (1982). Film ini juga merupakan salah satu pesaing dari film Si unyil yang sampa saat ini masih memegang rekor film anak-anak dengan waktu siar terpanjang di Indonesia. Namun nasib film si Titik harus kandas di tangan dingin Orde Baru. Film ini terpaksa harus di hentikan karna pemerintah merasakan ada nilai-nilai propaganda terhadap pemerintah Republik Indonesia yang terselip pada Si Titik.

Pada pameran ini dipresentaskan synopsis singkat tentang sejarah dari film si Titik. Ditampilkan pula beberapa episode film, audio dan koleksi rol dari film ini.

  1. Once Upon a Time : Indonesia 1966

The Secret Agents dari Indonesia mempresentasikan karya-karya dokumentasi dari meda cetak kala itu. Banyak hal-hal kecil yang menarik tapi tidak mencuat kala itu. Misalnya adalah Tim Sepak Bola Indonesia meraih medali perak di Asian Games 1966, TVRI untuk pertama kalinya menyiarkan secara langsung final FIFA World Cup 1966, Dinyatakannya Anoa sebagai hewan langka.

  1. Karya-karya Komikazer

Seniman digital yang sangat tenar di media social Instagram menghadirkan gambar-gambar digital. Isi dari gambar-gambar tersebut adalah perbandingan antara orde baru dan saat ini. misalnya saja, pada saat orde baru orang-orang tidak berani memasang tato pada bagian tubuh yang terlihat berbeda dengan sekarang dimana banyak anak muda yang lebih senang memasang tato dibagian tubuhnya yang terlihat. Karya lainnya memvisualisasikan isu-isu social pada saat orde baru berkiprah, tentu saja dengan gaya dan bahasa komikazer yang khas dan nyeleneh.

  1. Narpati Awangga dan Taman Mini

Narpati Awangga atau lebih dikenal dengan panggilan oomleo di media sosialnya, menyajikan sebuah video yang mengankat memori masa kecilnya yang lekat dengan tamn mini. Video ini dibubuhi dengan audio sekunder yang digandrungi langsung oleh oomleo. Mengandalkan ingatannya oomleo mencoba menelusuri jejak-jejak masa kecil bersama ayahnya dari satu lokasi ke lokasi lainnya, dianataranya adalah taman kaktus, monument pesawat, dan taman anak. Gaya bahasa yang apa adanya membuat karya ini menjadi ajaib, tak kadang saya menemui narasi-narasi konyol yang membuat saya terbahak.

  1. Penjaskes :Tubuh dari Masa Orde Baru ke Era Digital

Pendidikan Jasmani dan Kesehtan, muda-mudi yang hidup dita
hu 90an pasti taka sing dengan kalimat ini. CUkup mencengangkan fakta dan opini yang membeberkan mengenai pelajaran yang saat ini lebih dikenal dengan nama olahraga. Salah satu produknya adalah Senam Kesehatan Jasmani (SKJ), seakan secara tidak langsung rezim orde baru memonopoli tubuh setiap masyarakatnya, yaitu bentuk tubuh ideal dan atletis yang mengarah kepada standarisasi kehidupan bermasyarakat melalui berolahraga yang searah dengan paham otoriter.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s