Setelah 14 jam perjalanan malam yang ditemani hujan, bersama kereta dari stasiun Howrah akhirnya aku sampai di New Jalpaiguri, salah satu stasiun transit terbesar di Bengal Utara, India. Cukup takjub dengan kinerja dari kereta api disini, dengan jumlah penduduk yang sangat banyak (1,2 miliar) mereka masih bisa menerapkan sistem dengan tepat waktu, waktu itu kereta berangkat tepat pukul 17.35 dan tiba pada pukul 6.30 pagi, mungkin hanya meleset beberapa detik saja.
Sehari sebelum berangkat, aku membeli tiket di Fairlie Place, bukan di stasiun. Fairlie Place adalah sebuah layanan resmi dari pemerintah yang dikhususkan bagi para non india untuk melakukan transaksi pembelian dan pengembalian tiket kereta. Hal ini tentunya disediakan demi kenyamanan dan keamanan para pelancong asing, serta untuk meminimalisir scam dari para calo tiket di stasiun. Namun kita (non India) tetap bisa membeli tiket dari dalam stasiun, dengan pertimbangan harus berdesak-desakan dan beradu cepat dengan warga lokal untuk menuju loket pembelian, warga India tidak memiliki budaya antri yang baik mereka akan dengan senang hati dan gembira apabila bisa menerobos kerumunan antrian.
Waktu itu aku memesan tiket Sleeper Class, keputusan ini dibuat karena perjalanan yang akan aku tempuh akan berlangsung panjang dan melewati tengah malam. Untuk perjalanan yang cukup panjang harga tiket kereta disini tetbilang cukup murah yakni 360rs per orang dengan jarak tempuh sepanjang 560 KM.
Di Fairlie Place sendiri kondisinya sangat nyaman, kita berada di ruangan dengan pendingin ruangan dan memiliki nomor antrian yang tetatur. Proses pembelian pun berjalan dengan cepat tanpa ada kendala apapun, di stasiun aku sedikit berkendala dengan bahasa. Di akhir transaksi sang petugas tiket memperingatkan kami tentang kondisi di dalam kereta dimana kita akan berbaur dengan orang lokal dan orang-orang lainnya yang tidak kita kenal, jangan pernah menjalin pertemanan dengan siapapun di atas kereta terutama orang lokal, beberapa tips yang cukup mengena adalah perihal jangan menerima atau membeli makanan dan minuman apapun dari orang yang tidak dikenal, karena banyak kejadian bahwa orang yang memberikan makanan tersebut telah membubuhkan obat bius dan semacamnya kedalam makanan atau minuman yang ditawarkan dimana akan membuat kita tidak sadar setelah beberapa waktu melahapnya, dan hasil akhirnya adalah mereka akan memboyong semua bawaan kita.
Ini adalah pengalaman pertamaku bisa menggunakan transportasi kereta di negara lain. Ini juga pertama kalinya bagiku bisa berada di kereta tidur (sleeper class), karena di Indonesia kita tidak memiliki kereta jenis ini. aku excited bisa berada didalam sini, bergabung dengan orang lokal, bercengkrama ala kadarnya dengan mereka dan tentunya mengamati aktivitas-aktivitas yang terjadi di dalam kereta.
Banyak pedagang asongan yang berlalu lalang di dalam kereta sepanjang perjalanan, mulai dari teh, alat tulis, kain sari, buah kelapa, pakaian dalam, makanan ringan hingga patung dewa semua ada disini. Harga yang ditawarkan pun sangat variatif dan berbeda-beda setiap mereka menawarkannya kepada orang yang berbeda, non india atau warga asing biasanya di berikan penawaran yang sangat jauh terlampau mahal, bisa sampai 10 kali lipat dari harga normal. Pengamen-pengamen pun berlalu lalang lengkap dengan sound system kecil yang mereka gantungkan di leher, berbeda dengan di Indonesia dimana para pengamen biasanya bernyanyi sambil bermain musik, di sini para pengamen bernyanyi diiringi dengan instrumen yang dimainkan dari sound system yang mereka bawa, tak ada beda dengan berkaraoke.
- sleeper class
- pedagang asongan
- pedagang asongan
Bila di Indonesia kita biasanya melakukan makan malam sebelum pukul 8 malam, di India mereka makan malam pada pukul 21.00, hal ini juga berlaku di atas kereta. Pada pukul 21 itu orang-orang sibuk mengisi perut. Gambaran tentang cara makan di sini, sebagian besar masyarakat India makan dengan tangan mereka tanpa menggunakan sendok dan garpu, mereka juga tidak terlalu membutuhkan meja dan kursi dalam prosesi mengenyangkan perut, karena mereka biasa berdiri ataupun jongkok ketika makan. begitu pun di kereta, mereka makan di atas bangku yang juga menjadi tempat tidur mereka. Tak jarang mereka mengotori ,tempat tersebut dengan remah-remah masakan India yang kebanyakan berminyak. Namun tak jadi masalah kita punya singgasana masing-masing di dalam kereta ini.
Kegiatan lainnya yang cukup menarik perhatian adalah warga lokal yang bermain kartu, mereka membentangkan kain di tengah koridor kereta dan menjadikannya sebagai meja tempat dimana kompetisi berlangsung, suasana sangat seru dan menarik perhatian, mereka tertawa dan mengeluarkan ekspresi-ekspresi lainnya sepanjang permainan berlangsung, mereka terlihat sangat akrab.
Orang-orang India di dalam kereta pun sangat tertarik dengan apa yang orang asing lakukan yaitu berfoto, mereka selalu ingin melihat hasil foto kami namun tanpa berani mengutarakannya, alhasil mereka hanya mengintip-intip saja dengan mencondingkan kepalanya ke arah kamera ku. Mereka juga sangat sadar akan bidikan kamera, mereka selalu membalas tatapan dan tak jarang juga berganti pose ke hadapan kamera. Mereka juga sangat tertarik dengan perbincangan-perbincangan yang aku dan teman ku lakukan, mereka semua mengarahkan mata dan telinga ke arah kami dengan maksud ingin mengerti apa yang kami bicarakan. Ketika kami mengajak berbicara seorang lokal tak jarang atau mungkin selalu orang-orang di sekitarnya turut nimbrung ngobrol dengan kami dan ingin berdiri maupun duduk berdekatan dengan kami.
Naik kereta di India adalah upaya yang aku lakukan untuk bisa mencicipi sebagian kecil dari kehidupan masyarakat lokal, tentunya banyak pilihan transportasi di dalam negara yang sangat luas ini. Namun kereta adalah tempat berkumpulnya semua kalangan yang ada di India.
Menggunakan kereta bagaikan melihat keaslian India. Sebelumnya aku tinggal di Kolkata untuk beberapa hari, hari-hari tersebut cukup janggal bagiku. Segala hal sesuatu yang aku ketahui tentang India tidak aku dapatkan disini. India yang kumuh, bau, banyak scam, berantakan dan gambaran kacau lainnya tidak aku temukan di Kolkata. Aku malah menemukan sebuah kota tua yang sangat fotogenik, datang ke Kolkata seakan masuk pergi ke lorong waktu. segalanya klasik, mulai dari taxi, bangunan dan fasilitas lainnya. Kolkata juga bisa dibilang cukup bersih.
Jalur kereta api melewati berbagai macam rupa India. Pasar, perkampungan, perkotaan, perkebunan, sungai dan yang lainnya semuanya tersaji dari balik jeruji jendela lorong kereta tak jarang juga aroma tak sedap pun masuk menghampiri kereta yang berjalan . Berbagai jenis aktivitas dan golongan manusia di India dapat terlihat dari atas kereta, mereka yang menenteng koper sambil menggenggam telepon genggam, mereka yang membawa ransel dengan kaus lusuhnya, mereka yang berkemeja rapi bersama keluarganya, mereka yang hilir mudik menawarkan barang yang diangkut diatas kepalanya, mereka yang terseok-seok berjalan sambil mengulurkan tangannya kepada para penumpang lain, berharap ada sedikit rejeki dari tangan-tangan yang rela menyentuhnya, serta ada juga mereka yang dengan nyenyak tertidur di atas semen dan tanah tanpa hirau kepada keramaian yang terjadi di sekitarnya. Semuanya terlihat dari kereta baik di dalam maupun diluar.
fairlie place lokasinya dimana di kolkata.saya akan traveling di india kemudian lanjut ke nepal/tgl 25 februari 2016
Di dekat howrah bridge, kawasan esplanad, tapi better beli online kalau ada cc.