Tentang Fotografi

Hal-hal minor memang menarik untuk diabadikan dengan kamera kita. Hal minor yang aku maksud terkhusus tentang kemanusiaan, di mana manusia mengalami kesusahan, kesengsaraan dan penderitaan. Contoh nyatanya adalah pengemis, pemulung, gelandangan, orang cacat atau hal-hal lainnya yang menggambarkan kepedihan dan pesimisme hidup manusia.
Memang tak dapat dipungkiri bahwa mereka sangatlah fotogenik untuk bertandang di dalam frame kamera kita. Mereka indah dalam pakaiannya yang compang-camping, mereka eksotik dalam kontras warna yang menyala, dan mereka juga unik dalam kebiasaan hidupnya sehari-hari yang menempel langsung dengan debu jalanan. Aku pun mengakui bahwa mereka sangat indah untuk di abadikan dalam kejujurannya.
Aku seorang pengagum dan penggiat fotografi hitam putih, dan dalam kategori ini banyak sekali aku menemukan foto-foto mereka para kaum minor. Pandangan ku secara umum untuk foto hitam putih terkhusus pada kategori human interest menjadi membentuk sebuah stereotip tentang pesimisme. Dalam frame hitam putih mereka para manusia yang kurang beruntung seakan terlihat lebih nelangsa dan hidup dalam drama kepedihan yang tak kunjung tamat.
Setiap fotografer memiliki idealisme masing-masing, begitu juga dengan aku. Aku selalu mencoba untuk tidak mengabadikan mereka atau yang menurutku minor. Bagiku mengabadikan mereka bagaikan mengabadikan kepedihan hidup. Fotografi adalah sarana mencari kepuasan, kita akan senang dan bangga ketika gambar yang kita ambil unik, indah dan eksotik. Alasan inilah yang membuatku tak mau memfoto mereka, aku tak mau berbangga dan bersombong diri atas mereka yang hidup dalam kekurangan. Aku akan lebih senang apabila foto-foto hitam putihku bisa menggambarkan tentang keindahan, kebahagiaan dan optimisme.

image

image

Mungkin ada alasan lain dari para fotografer untuk memotret mereka, bisa saja sebagai bentuk kritik terhadap pemerintah yang tak bisa mengurus rakyatnya dengan seksama, atau juga menarik simpati orang lain agar lebih iba kepada kaum mereka. Apabila hal tersebut yang dituju adalah mulia adanya, aku pun pernah berpikiran untuk berlaku demikian. Namun seiring waktu dan melihat tingkah-tingkah orang di sekitarku yang juga melakukan fotografi, saat ini aku takut untuk memotret mereka para kaum minor. Kini aku sedang berada di India, dimana sangat mudah untuk menemukan mereka para kaum minor, bahkan tak perlu dwngan sulit mencari-cari. Aku takut tujuan awal memotret mereka menjadi berubah. Berubah menjadi kebanggan bagiku yang berhasil memotret mereka dan menghasilkan gambar yang indah. Karena tak dapat dipungkiri, bahwa kita sangat senang akan apresiasi atas karya yang kita hasilkan. Aku takut bahwa tujuan awal tadi berubah hanya untuk mendapatkan like yang banyak di Instagram, Facebook ataupun yang
lainnya. Intinya adalah aku tak mau tenar, bangga dan semacamnya ataa kehidupan mereka yang jauh dari kata berkecukupan.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s