Tidak Bisa Traveling Lagi!

Bersama warga lokal Kibber, India (2015)

Bersama warga lokal Kibber, India (2015)

Hanya intermeso…

Beberapa waktu lalu entah kapan dan entah dimana, yang saya ingat hanyalah warna langit yang mulai berubah dari keunguan menjadi biru gelap.

Seseorang berpakaian kuning datang menghampiri saya yang sedang duduk bersandar ke ransel besar nan lusuh di sudut kedai teh yang sepi. Tanpa basa-basi orang berbaju kuning itu membuka perbincangan. Kami berbincang tentang traveling, bertukar cerita tentang pengalaman kesana-kemari, disini-disana, ini-itu, tentang bagaimana – dan seperti apa disana.

Membahas dan berbagi kisah traveling selalu menjadi topik yang menarik bagi siapapun yang terlibat di dalamnya, tak peduli sudah berapa banyak pengalaman traveling yang telah dia segel. Akan selalu ada kisah otentik yang tak bisa didapatkan orang lain walau berkunjung ke tempat yang sama sekalipun pada waktu yang sama pula. Masing-masing kita memiliki point of view yang unik dan berbeda. Bertukar kisah-kisah seperti ini memiliki magis yang selalu mampu membangkitkan hormon yang membuat pikiran saya “ereksi” dan tak sabar untuk segera “mengejakulasikannya” dengan cara menggendong travelbag kesayangan di suatu tempat yang belum pernah terpikirkan.

Kisah-kisah tentang petualagan membuat kami terlarut dalam waktu, entah berapa putaran jarum jam yang telah kami lewatkan saat itu, yang saya sadari hanyalah jumlah gelas kotor yang ada di hadapan kami sudah berjumlah 12 buah. Memang tak pernah ada kata cukupunutk perbincangan model begini.

Kami tiba di penghujung perbincangan, mimik wajah si orang asing menggambarkan bahwa dia masih belum puas untuk berbagi kisah dengan saya. Sebagai penutup dia bertanya kepada saya :

“Hal apa yang paling kamu takutikan ketika traveling?”

Saya tidak menjawab melainkan membalikan pertanyaan tersebut kepadanya yang sudah berjalan menuju pintu keluar, lalu dia menjawab ,

“Aku takut bertemu orang jahat dan tidak bisa pulang”

Sambil melanjutkan langkahnya dia menanyakan kembali pertanyaan tersebut. Saya yang masih duduk di posisi semula tidak tahu harus menjawab apa,ini bukan karena saya merasa tangguh atau tidak memiliki rasa takut terhadap apapun ketika traveling. Sejujurnya terlalu banyak jenis ketakutan yang menghantui saya dikala traveling. Isu kejahatan, penipuan dan berbagai kriminalitas lainnya merupakan skema ketakuan yang juga saya rasakan ketika sedang berkelana, saya juga selalu menghawatirkan tentang urusan kepulangan. Namun rasanya hal-hal ini bukanlah jawaban yang tepat, karena meskipun ketakutan-ketakutan tersebut ada, saya masih di sini dan terus mencoba dan melanjutkan berpetualang.

Orang asing itu sudah sampai di ambang pintu, aku memanggilnya sambil melambaikan tangan tanda perpisahan,

“Aku hanya takut tidak bisa traveling lagi!”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s