no·mad

no·mad : kelompok orang yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap, berkelana dari satu tempat ke tempat lain, biasanya pindah pada musim tertentu ke tempat tertentu sesuai dengan keperluan kelompok itu; (hidup) berkelana, tidak menetap.

Ms. Koningsdam

Tak ku sadar satu dari mimpiku ini mulai tercicil.
Kata Nomad yang jadi cita-cita di benakku kini melekat erat dengan diriku. Delapan dari dua belas bulan yang aku miliki dalam setahun diisi sebagai nomaden.
Walau berbeda dengan konsep awal yang aku desain, namun aku tetap senang menjalani hidup macam ini.
Rancangan awalku dulu adalah menjadi fulltime backpacker yang tak berhenti berpindah sampai titik dimana aku merasa menemukan ‘rumah’, tempat dimana aku dibutuhkan, bukan diinginkan.

“Aku ingin bergerak dan terus bergerak, berpindah dan tak berhenti berpindah, ‘rumah’ku bukan satu melainkan jamak”.

Kotor

Mobilitasku kini sangatlah tinggi, kurang dari 24 jam aku sudah berada di lokasi lain, kota, pulau, provinsi bahkan negara lain. Meski demikian tempat tidurku tidak berubah seiring perpindahan ini, aku menumpang hidup di kapal wisata.
Entahlah ini termasuk dalam arti nomad atau bukan, namun kurasa bisa digolongkan kedalamnya karena setiap waktunya aku berada di lokasi dan bertemu orang yang beda.
Aku banyak mengunggah gambar dari tempat-tempat yang aku kunjungi, dari sana banyak pertanyaan dari kerabatku tentang apa yang kulakukan selama dua tahun ini. Ada yang ku jawab, ada yang tak ku jawab. Sebagian dari yang tak kujawab berasumsi bahwa aku benar-benar menjadi fulltime backpacker, itu karena mereka telah mengenalku yang sudah mulai menyicil mimpi ini sejak masih pelajar SMP. Alasan ku tak menjawab bukan karena aku malu dengan pekerjaanku, bukan takut tersaingi ataupun pelit informasi. Aku tak menjawab karena pribadiku tak ingin membangun pondasi mimpi baru kepada mereka yang benar-benar ingin mencicipi indahnya dunia, aku ingin mereka meraih mimpinya tuk melihat dunia dengan cara yang benar-benar mereka idamkan. Kita sama-sama ingin melihat dunia, namun apa yang ingin kau dapatkan dari itu belum tentu sama, motif kita pasti berbeda.
Aku “Pelayan Restoran” bukan backpacker, traveler atau kata lainnya.
Kurasa kata-kata macam ini tak perlu lagi ku sematkan, aku sadar bahwa aku hanya cinta untuk melihat dunia. Kata-kata sebelumnya hanyalah ego ku semata. Dulu rasanya keren bila dipanggil atau mengaku backpacker. Kini kusadar itu hanya egoku atas aktualisasi diri belaka. Buktinya aku sama-sama bahagia ketika mengunjungi suatu tempat.

Malta

Santorini

B

Croatia

agi sebagian yang kujawab ada yang bingung dengan pekerjaanku.
Jauh dengan latar belakang studiku, jauh dengan apa yang aku benar-benar senangi seperti menulis, menggambar dan memotret.
Mereka bertanya.
Mengapa tak menjadi travel writer?
Itu mimpi besar ku yang lainnya, kesempatannya belum datang dan aku sadar kemampuan dan konsistensi menulisku belum mumpuni, masih perlu diasah.
Untuk saat ini kesempatanku barulah ‘waiter’ belum ‘writer’😁.
Apakah aku sudah menemukan ‘rumah’ku?
Belum semua, saat ini rumahku adalah ‘besi’ di gambar-gambar ini.
Sampai kapan aku akan bekerja macam ini?
Aku masih menikmatinya, menikmati perjalananku. Namun rasanya tak akan terlalu lama, aku tak terlalu senang dengan satu profesi. Aku masih harus mencari rumahku yang lainnya.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s