Mengapa ke India? Bukankah negara itu kumuh? Bau? Banyak pengemis? Berantakan? Penipuan? Apa menariknya negara itu hingga harus dikunjungi? Ya, memang tak bisa dipungkiri bahwa jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas adalah “YA”. Semuanya ada di India. Segala ke-minoran tersebut memang erat hubungannya dengan negeri kedua terpadat di dunia ini. Menjawab pertanyaan terakhir, “Apa menariknya negara…
Empat tahun sudah sejak saat itu. Hari dimana aku dan kamu mendiskusikan tentang sesuatu yang akan menjadi keseharianmu, sesuatu yang nantinya akan melekat seumur hidup bersamamu, sesuatu yang kala itu masih tabu. Waktu berlalu, terus berjalan dan terus berubah. Tak mau menunggu apalagi berulang. Tak banyak kata, tak banyak bicara dan tak banyak juga hal…
Dua terlalu banyak, satu terlalu sepi. Hanya butuh alter ego yang dulu sempat mendayung semah kembali. Namun Dia sudah terkikis, dan dia nyaris habis. Habis dimakan garis, dan terkikis di ambang batas. Garis yang menjadi median antara ego dan ego, dan batas yang menjadi pelebur antara idealis dan realitas
Hanya intermeso… Beberapa waktu lalu entah kapan dan entah dimana, yang saya ingat hanyalah warna langit yang mulai berubah dari keunguan menjadi biru gelap. Seseorang berpakaian kuning datang menghampiri saya yang sedang duduk bersandar ke ransel besar nan lusuh di sudut kedai teh yang sepi. Tanpa basa-basi orang berbaju kuning itu membuka perbincangan. Kami berbincang…
lambat laun mendapat ubah dikit demi sedikit. Rasa yang awalnya rasa tak terasa telah menjadi formalitas. Sebuah ironi. Awalannya antusias, di tengahi kewajiban dan di akhiri dengan penipuan. Ingin kabur, menghilang dan tenggelam ke dunia yang lainnya. Namun keterkaitan membuat sulit untuk kita berjalan masing-masing. Keterikatan awalnya diniati sampai akhirnya menjadi sebuah kepalsuan. awalnya benar-benar…
Jam, waktu masih lama akan bergulir, segalanya masih bisa dikendalikan Menit, dipikir lama namun terasa singkat, beberapa masih bisa di kendalikan Detik, paling kejam, tak ada kompromi apalagi toleransi
Hari sudah berganti, lima hari di Kolkata membuatku terkesima dengan India. Mulai dari chai (teh) dan omelet terlezat yang pertama kali aku makan disana, taksi-taksi tua berwarna kuning yang sangat antik, barisan gedung-gedung tua peninggalan Briania Raya yang masih berdiri angkuh di sudut-sudut kota, tersesat di gang yang sepi, koaran burung gagak yang selalu…
Hari itu, ketika aku mengunjungi Howrah Bridge aku mencoba untuk membeli tiket kereta di Howrah Junction Station. Namun kala itu nampaknya aku belum berjodoh dengan tiket kereta yang ku inginkan, aku belum berhasil mendapatkannya. Segala kendala bercampur aduk saat itu, namun lebih baik tidak disebut sebagai kendala karena semua ini merupakan salah satu pengalaman menarik…
Wajah asli India masih benar-benar baru bagiku. Dua hari berada di Kolkata mengubah segala persepsi awalku tentang India. Bagiku Kolkata terlalu indah bila dikatakan sebagai kota yang kumuh apalagi menakutkan. Kota yang dipenuhi dengan ornamen klasik ala British ini membius mataku, segala keeksotisan yang terpancar dari gedung-gedung tua di kota ini sempat membuat aku bertanya-tanya,…
Damai di sini tak bertahan lama ketika aku mulai berjalan keluar dari komplek biara Mother Terresa House. Suara klakson yang bersahut-sahutan sudah mulai kembali terdengar nyaring. Baru saja jalan beberapa langkah aku sudah dikerubungi oleh para pengemis cilik yang memohon derma. Bukannya aku pelit atau tidak berprikemanusiaan, kala itu aku tidak memberi satu koin rupee…
LIFE 